“Apa kamu sudah merasa nyaman saat ini.” Kata Reval memeluk ku erat.
“Aku
selalu merasa nyaman setiap ada di dalam pelukanmu.” Aku membalas pelukannya
erat. Ya, dia adalah Reval Mahardika. Pria yang paling aku sayang dan aku
cintai. Dia selalu membuatku merasa nyaman ketika ada di dalam pelukannya.
Apalagi saat aku sedang merasakan jenuh dengan kehidupan dunia yang menurutku
semakin tidak masuk akal. Dia selalu bisa membuatku tenang dan nyaman, dia
selalu ada di sisiku, dia adalah bintang di dalam gelapnya malamku. Ketika
dunia ini sudah mulai membuatku muak, dia selalu bisa membuatku kembali
merasakan indahnya dunia.
“Jangan
pikirkan tentang kejadian tadi. Mungkin dia sedang kesal, sehingga dia
melampiaskan pada yang lain, juga kepadamu. Tenanglah, besok semuanya akan
kembali seperti semula.” Dia masih memelukku dan menenangkanku. Suaranya lembut
dan sifatnya yang dewasa benar-benar membuat hatiku berdebar nyaris tak bisa
kukendalikan.
“Aku
takut dia membenciku. Aku tidak ingin dia salah paham. Aku hanya....”
“Heyy..
tenanglah.” Dia mulai menatapku hangat. “Semua akan baik-baik saja. Percaya
padaku Delisa, semua akan baik-baik saja.” Kata-kata itu yang selalu bisa
membuatku tenang. Aku selalu percaya padanya. Setiap kali kata “semua akan
baik-baik saja” keluar dari mulutnya, maka hal itu memang terjadi.
“Ya.
Aku percaya padamu. Bisakah kamu membantuku untuk mengatakannya kepada Adel?
Aku sungguh tidak enak padanya. Aku benar-benar takut dia salah paham.” Aku terus
memandang hangat ke arah Reval. Diapun mengangguk dan tersenyum mendengar
permintaanku barusan.
“Aku
akan menjelaskan semua padanya. Ya uda, sekarang aku akan mengantarkanmu
pulang.” Dia pun mengajak ku menuju mobilnya. Dengan menggenggam tangaku, kita
berjalan berdua. Oh betapa bahagianya aku saat itu.
Kalian
pernah merasakan jatuh cinta? Ya, sebuah cinta tulus yang muncul secara
tiba-tiba di hati kita. Dan saat ini, aku benar-benar merasakannya. Jatuh cinta
terhadap pria yang benar-benar luar biasa. Pria yang selalu menjadi idola bagi
para wanita. Andai kalian tau seberapa besar cintaku untuknya. Cintaku padanya
benar-benar tak bisa terhitung. Ternyata inikah yang dinamakan jatuh cinta. Rasa
nyaman yang timbul saat bersama seseorang. Rasa rindu yang datang saat jauh
darinya. Rasa bahagia yang menemani saat dekat dengannya. Dan rasa tak ingin
berpisah saat sudah bersamanya. Rasa ini sungguh membahagiakan bagiku. Terimakasih
Tuhan, karena kau masih membiarkan aku merasakan perasaan bahagia ini.
*****
“Apakah
kamu sudah menjelaskan kepada Adel?”
“Sudah.
Dia sekarang uda mengerti semuanya. Dia besok mau menemuimu untuk meminta maaf.”
Jawab suara seseorang di seberang telepon. Suara yang selalu aku rindukan. Siapa
lagi kalau bukan suara Reval.
“Ah
untuk apa dia meminta maaf kepadaku. Bukankah seharusnya aku yang meminta maaf
kepadanya. Aku jadi tidak enak kalau begini.” Aku membaringkan badanku di kasur
biruku yang paling nyaman.
“Hahaha..
Kalian sungguh aneh. Aku tidak mengerti jalan pikiran wanita.”
“Hey
kenapa kamu ketawa? Ada yang lucu?”
“Hahaha
tidak ada, hanya saja.. Ah sudahlah. Kamu tidur aja. Kita lanjutkan besok
pembicaraan kita. Selamat tidur Delisa Putri.”
“Ah
iya..” Nada suaraku semakin pelan karena harus mengakhiri perbincangan via
telepon antara aku dan dia. “Selamat tidur juga Reval Mahardika.”
Tuuutt.
Telepon terputus. Betapa kecewanya aku. Percakapan kita malam itu begitu cepat.
Tapi, walaupun begitu cepat, aku tetap bahagia walau hanya mendengarkan
suaranya. Ahh perasaan yang aku rasakan kepadanya semakin hari semakin besar. Semoga
sampai kapan pun perasaan ini akan selalu singgah dihatiku.
*****
Aku
duduk sendirian di taman kampus. Menanti datangnya seseorang yang aku cintai. Terdiam
dan termenung melihat keramaian sekitar. Hari ini, Adel juga ingin menemuiku. Dia
ingin meminta maaf tentang kesalah pahaman kemarin. dari kejauhan terlihat
sesosok yang aku tunggu. Dia datang bersama Adel. Berdua. Dan bergandengan
tangan. Ya, mereka bergandengan tangan mendekatiku dan tersenyum kepadaku. Bergandengan
tangan dengan mesra. Aku pun membalas senyuman mereka dengan tipis.
“Hey
Del. Uda lama ya? Sorry ya, tadi aku masih ke perpustakaan buat nyari buku.
Maaf ya.” Kata Adel sambil masih mengenggam tangan Reval.
“Oh
iya, nggak apa-apa kok Del. Santai aja. Oh hmm Del, aku minta maaf ya soal
kemarin. Aku nggak tau kalau kamu sudah ada janji duluan sama Reval, aku
jadinya minta anterin dia ke rumah sakit. Ibu aku masuk rumah sakit, jadinya
aku yang lagi panik kemarin cuma bisa ngandelin si Reval.” Kataku meminta maaf
kepada Adel.
“Ya
ampun Del, santai aja. Aku yang salah. Aku yang egois dan kekanak-kanakan. Aku yang
terlalu bodoh. Masa aku cemburu sama sahabat pacarku sendiri. Iya kan sayang?”
Adel menggelayut manja dilengan Reval. Dan Reval pun tersenyum menanggapi
pernyataan Adel barusan.
Hahaha..
aku tertawa kecil di dalam hatiku. Menertawai kebodohanku sendiri. Sahabat pacarku?
Inilah yang masih sulit aku terima di dalam kehidupanku. Pria yang selama ini
aku cintai dan sayangi bukan sepenuhnya milikku. Bahkan dia memang bukan
milikku. Adel lah kekasih Reval. Ya, dia adalah kekasihnya dan aku hanya
seorang sahabat. Apakah kalian tau, jika cinta tidak pernah hidup sendiri di
dalam hati kita. Masih ada rasa sakit yang suatu saat akan menemaninya. Dan sepertinya,
rasa sakit ini menemani cinta di hatiku setiap kali aku melihatnya bersama
dengan kekasihnya. Mungkin aku yang terlalu bodoh, atau memang perasaanku yang
terlalu kuat untuk mengalah. Apa kalian pernah juga merasakan jatuh cinta
diam-diam? Jatuh cinta pada sahabat kalian sendiri? Cinta yang kata orang itu
terlarang. Tapi rasanya aku tak ingin mendengarkan apa kata orang. Biarkanlah perasaan
ku ini aku rasakan sendiri. Biarkanlah perasaanku ini aku pendam sendiri. Biarkan
ini menjadi rahasia aku dan Tuhan.
“Ya
uda, sekarang kita pergi yuk. Cari makan aja.” Ajak Reval padaku dan juga pada
kekasihnya.
“Hmm
aku nggak ikut deh val. Aku masih ada urusan, kalian pergi makan berdua aja.” Aku
tersenyum pada mereka.
“Delisa
yakin nggak mau makan sama kami?” Tanya Adel lagi.
“Iya.
Kalian pergi aja. Aku nggak apa-apa kok.” Kataku sedikit berbohong.
“Oke
deh. Ntar kalau ada apa-apa lagi, kamu telepon aku aja ya Del. Jangan sungkan-sungkan
sama sahabat sendiri.” Aku hanya tersenyum mendengar kata “sahabat” dari mulut
Reval. Kenyataan yang memang masih sulit untuk kuterima.
“Iya.
Hati-hati kalian.”
Mereka
berdua pun tersenyum dan meninggalkan aku seorang diri. Aku hanya dapat melihat
mereka dari arah kejauhan. Adel menggandeng tangan Reval dengan mesra. Apa
kalian pernah membayangkan seberapa besar rasa sakit yang sedang aku rasakan
saat itu? Rasanya sakit sekali. Melihat seseorang yang kita cintai sedang
menggandeng tangan seorang yang lain dan itu bukan kita. Aku mencoba menahan
air mataku. Aku merasa jika hatiku sudah kebal melihat ini semua, semacam sudah
terbiasa dengan pemandangan ini.
Adel
wanita cantik, ramah, ceria, dan pintar yang memang pantas untuk seorang Reval.
seorang yang gagah, tampan, pintar, dingin, dan dewasa. Mereka memang saling
melengkapi. Adel memang pasangan yang tepat untuk Reval. Ya, mereka sangat
cocok. Reval hanya untuk Adel. Bukan untukku. Seharusnya aku bisa menerima
kenyataan itu. Tapi sampai saat ini, kenyataan itu masih sangat sulit untuk ku
terima, bahwa aku hanyalah seorang sahabat bagi Reval. Tidak lebih.
Aku
tau, jika kita berani jatuh cinta, maka kita juga harus berani merasakan sakit.
Semua yang ada di dalam kehidupan akan terus mengalir bagaikan air. Setiap kita
merasakan sakit, anggap saja itu hanya perasaan sesaat yang akan sembuh dengan
cinta kalian yang kuat. Ingat saja saat pertama kalian merasakan cinta. Pertama
kalian merasakan perasaan bahagia itu. Pertama kalian merasakan sebuah rindu
yang menggebu. Jika kalian benar-benar mengingat itu semua, maka rasa sakit itu
seperti tak pernah hadir di hati kita.
Dan
yang harus kalian ketahui, cinta itu tak selamanya akan berujung kesakitan. Cinta
juga berujung indah. Tinggal bagaimana saja cara kita untuk memperlakukan dan
menjaga cinta itu. Jika kita memperlakukan cinta kita dengan hati-hati, maka
semuanya akan terasa indah. Begitu sebaliknya, jika kita memperlakukan cinta
kita dengan tidak sebaiknya, maka kesakitan akan menemuimu lebih awal :)