Aku terus berjalan. Kakiku terus melangkah. Menapaki setiap
alur kehidupan yang telah Tuhan gariskan untukku. Kaki ini rasanya tak pernah
lelah. Terus ingin menggapainya. Sesuatu yang telah hilang dalam hidupku. Tapi sesuatu
itu sangat sulit untukku raih kembali. Aku tak sanggup menggapainya. Ia sudah
berada jauh di puncak sana. Di langit ketujuh dan tak dapat kupandang lagi. Kaki
ini semakin lama semakin pelan melangkah. Hingga akhirnya sudah tak mampu lagi
berjalan. Aku berhenti. Aku terdiam. Memandangimu dari tempat aku berdiri. Aku sudah
tak ingin menggapai sesuatu itu. Aku sudah menyerah pada keadaan. Aku sadar
jika sesuatu itu memang bukanlah milikku. Ia harus pergi. Terbang jauh ke
langit yang begitu tinggi, sehingga mataku tak sanggup untuk memandangnya. Sesuatu
itu telah hilang. Perlahan hilang bersamaan dengan awan-awan yang
mengelilinginya. Mungkin dia memang bukanlah milikku. Mungkin sesuatu yang akan
kumiliki bisa jauh lebih baik darinya sebelumnya. Aku yakin itu. Tuhan akan
selalu memberikan yang terbaik untukku.
Aku
masih terdiam di tempat aku berdiri. Kaki ini sudah benar-benar lelah
mengejarnya sampai sudah tak mampu lagi melangkah. Dia pergi. Pergi menjauh
dariku. Tak memerdulikanku sedikit pun. Tak memerdulikanku yang sudah kelelahan
karena mengejarnya. Bahkan ia tak sekalipun menengok ke belakang hanya untuk
memberikan senyuman kecil di wajahnya untukku. Kini aku yakin, dia memanglah
bukan yang terbaik. Aku juga sadar, ternyata aku dan sesuatu itu memang tidak
pernah ada garis yang menghubungkan kita berdua. Aku pergi. Dan aku berhenti
mengejarmu. Aku tidak akan memaksakan kaki ini untuk menaiki puncak itu
kembali. Kini kau bisa bersenang-senang di atas sana, tanpa harus menengok ke
bawah lagi. Karena ketika kau menengok ke bawah, aku sudah tidak ada di sana
untuk menunggumu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar