Minggu, 27 Oktober 2013

Aku Berhenti Melangkah



             Aku terus berjalan. Kakiku terus melangkah. Menapaki setiap alur kehidupan yang telah Tuhan gariskan untukku. Kaki ini rasanya tak pernah lelah. Terus ingin menggapainya. Sesuatu yang telah hilang dalam hidupku. Tapi sesuatu itu sangat sulit untukku raih kembali. Aku tak sanggup menggapainya. Ia sudah berada jauh di puncak sana. Di langit ketujuh dan tak dapat kupandang lagi. Kaki ini semakin lama semakin pelan melangkah. Hingga akhirnya sudah tak mampu lagi berjalan. Aku berhenti. Aku terdiam. Memandangimu dari tempat aku berdiri. Aku sudah tak ingin menggapai sesuatu itu. Aku sudah menyerah pada keadaan. Aku sadar jika sesuatu itu memang bukanlah milikku. Ia harus pergi. Terbang jauh ke langit yang begitu tinggi, sehingga mataku tak sanggup untuk memandangnya. Sesuatu itu telah hilang. Perlahan hilang bersamaan dengan awan-awan yang mengelilinginya. Mungkin dia memang bukanlah milikku. Mungkin sesuatu yang akan kumiliki bisa jauh lebih baik darinya sebelumnya. Aku yakin itu. Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untukku.
             Aku masih terdiam di tempat aku berdiri. Kaki ini sudah benar-benar lelah mengejarnya sampai sudah tak mampu lagi melangkah. Dia pergi. Pergi menjauh dariku. Tak memerdulikanku sedikit pun. Tak memerdulikanku yang sudah kelelahan karena mengejarnya. Bahkan ia tak sekalipun menengok ke belakang hanya untuk memberikan senyuman kecil di wajahnya untukku. Kini aku yakin, dia memanglah bukan yang terbaik. Aku juga sadar, ternyata aku dan sesuatu itu memang tidak pernah ada garis yang menghubungkan kita berdua. Aku pergi. Dan aku berhenti mengejarmu. Aku tidak akan memaksakan kaki ini untuk menaiki puncak itu kembali. Kini kau bisa bersenang-senang di atas sana, tanpa harus menengok ke bawah lagi. Karena ketika kau menengok ke bawah, aku sudah tidak ada di sana untuk menunggumu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar